Contact

Rizky maulana / Sofi Pujiastuti

telp 08112240196 / 081320140019

email Rizfajzan @ gmail

twitter follow@AlfabbyRizky

Pasar Soreang Blok I & II E ( Hj Wewen ) Soreang Bandung

No Rek 13000 - 1122 - 4030 Bank mandiri Cab Soreang - Bandung

Hari kerja Senin - Jum'at ( kecuali hari Libur Nasional)

Jam kerja 08.00 - 16.00 WIB

Rabu, 18 Mei 2011

Devisaku Tabunganku...

Devisaku Tabunganku... PDF Print E-mail
Oleh Muhaimin Iqbal   
Jum'at, 13 May 2011 07:07
Harian Kompas kemarin (12/05/11) memberikan kabar baik bagi perekonomian Indonesia dengan mengutip pernyataan Gubernur BI bahwa “Neraca pembayaran kita tetap sehat dan surplusnya selalu besar dua tahun ini”. Bahkan cadangan devisa kita telah meningkat lebih dari 100 % dari  US$ 56.92 Milyar (2007) menjadi US$ 115.8 Milyar (Mei, 2011). Cadangan devisa ini seperti hasil kerja keras kita , sebagian kita konsumsi – kelebihannya kita taruh di tabungan untuk kebutuhan sewaktu-waktu. Kalau tabungan kita banyak, maka kita siap menghadapi berbagai keperluan mendadak. Demikian pula dengan cadangan devisa negara, bila cadangan devisa kita naik mestinya daya tahan ekonomi kita juga membaik.

Tidak ada yang salah dengan kenaikan cadangan devisa tersebut dan kita semua tentu gembira dengan kabar baik semacam ini yang jarang-jarang kita terima. Hanya saja kita juga harus sadar bahwa kenaikan cadangan devisa tersebut adalah diukur dengan nilai mata uang US$ yang kinerjanya runyam dalam dua tahun terakhir.

Untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari kekuatan cadangan devisa yang kita miliki, akan lebih objektif  bila kita mengukurnya dengan daya beli riil dari ‘tabungan’ devisa kita tersebut. Lantas dengan apa kita mengukurnya ?, bisa dengan harga beras, harga gandum, harga minyak dlsb. Saya sendiri cenderung menggunakan harga emas untuk mengukur kekuatan devisa atau tabungan kita tersebut karena tiga alasan.

Alasan pertama adalah diantara komoditi yang ada di dunia, mekanisme terbentuknya harga emas dunia adalah yang paling mendekati mekanisme pasar yang sempurna. Sampai saat ini tidak terbukti adanya pihak yang bisa mempermainkan harga emas ini. Negara yang paling besar cadangan emasnya seperti AS, mereka ‘hanya’ memiliki cadangan emas sebesar 8,133 ton dari sekitar 165,000 ton emas yang ada di permukaan bumi atau kurang dari 5%. Dengan kekuatan yang kurang dari 5 % ini Amerika-pun tidak akan mampu mempermainkan harga emas dunia – sedangkan mempermainkan daya beli Dollar ?, ya itu tentu saja itu  keahlian mereka !.

Alasan kedua adalah ketersediaan informasi harga emas yang transparent dan up-to-date dengan sumber yang sangat banyak. Bila kita gunakan informasi Indeks Harga Konsumen atau Consumers Price Index misalnya, pertama datanya tidak selalu available secara up-to-date; dan kalau toh ada – banyak pihak juga meragukan akurasinya. Makanya sampai ada situs yang namanya Shadow Government Statistics di AS, karena begitu tidak percayanya publik disana terhadap data yang dikeluarkan oleh pemerintahnya.

Ketiga ada sumber berita di Islam yang sangat-sangat tinggi akurasinya dan terjaga dalam ribuan tahun, sumber berita seakurat ini tidak dimiliki oleh peradaban manapun di dunia hingga kini - sumber berita ini apa lagi kalau bukan Al-Qur’an dan Al Hadits. Bila di Al-Quran mengabarkan bahwa beberapa keping uang perak cukup untuk membeli makanan untuk beberapa orang, maka ini terbukti hingga kini. Bila di hadits mengabarkan bahwa satu Dinar emas cukup untuk membeli kambing – ini-pun tidak terbantahkan hingga kini !.

Jadi seperti kita menabung saja, kira-kira kita lebih percaya menabung dalam mata uang US$ - yang nilainya bisa dipermainkan oleh si pencetak Dollar , atau dengan suatu timbangan yang terbukti nilainya baku sepanjang zaman ?. Maka seperti itulah kita bisa melihat cadangan devisa tersebut secara lebih objektif. Grafik dibawah adalah gambaran cadangan devisa kita selama lima tahun terakhir dalam nilai US$ dan bila disetarakan dengan nilai emas.
 
Sumber : Diolah dari kompas, BI dan Kitco.com
Hal yang sama dapat Anda lakukan untuk melihat nilai sebenarnya dari tabungan Anda baik yang ada di bank, asuransi, reksadana, dana pensiun dan lain sebagiannya. Sebagai pembanding harga emasnya antara lain dapat Anda gunakan data emas yang saya sajikan dalam tulisan tentang Dinar Sebagai Yardstick....Wa Allahu A’lam.

Senin, 09 Mei 2011

Dinar Peruri : Babak Baru Dalam Penyebaran Dinar...

Dinar Peruri : Babak Baru Dalam Penyebaran Dinar... PDF Print E-mail
Oleh Muhaimin Iqbal   
Jum'at, 06 May 2011 05:48
Sejak pertama kali memperkenalkan Dinar emas ke masyarakat lebih dari tiga tahun lalu, kami sudah mengidentifikasi setidaknya ada dua institusi atau lembaga yang bisa mencetak Dinar dengan kwalitas terbaik dibidangnya di Indonesia yaitu Logam Mulia  (LM) – PT. Aneka Tambang, Tbk dan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). LM memenuhi standar kwalitas terbaik karena produk mereka diakui secara internasional melalui sertifikasi London Bullion Market Association (LBMA), sedangkan Peruri mampu memenuhi standar kwalitas terbaik karena merekalah perusahaan yang memang spesialisasi utamanya adalah dalam bidang percetakan uang – yang selalu menuntut akurasi yang sangat tinggi.

Alhamdulillah perusahaan-perusahaan  milik pemerintah tersebut kini keduanya siap merespon kebutuhan Dinar yang ada di masyarakat. Bila selama ini Dinar yang kami sebar luaskan ke masyarakat adalah Dinar yang diproduksi oleh Logam Mulia, tentu ini akan kami lanjutkan karena LM telah berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan Dinar masyarakat secara maksimal. Pada saat yang bersamaan peningkatan kebutuhan Dinar di masyarakat yang tinggi – yang beberapa bulan lalu bahkan sempat harus menunggu 1 – 2 bulan, insyaallah akan segera dapat terpenuhi seluruhnya karena adanya tambahan supply Dinar dari Peruri ini. Kini kami merasa lebih comfortable karena ada dua perusahaan milik pemerintah  yang siap mem-backup kebutuhan Dinar yang disebar luaskan melalui situs ini dan agen-agen-nya.

Dinar Peruri yang design dan sample produk-nya sudah kami terima dapat dilihat pada gambar dibawah. Dibandingkan dengan Dinar LM, Dinar Peruri kelihatan lebih kecil karena faktor diameter. Dinar LM berdiameter 23 mm, sedangkan Dinar Peruri berdiameter 20 mm. Untuk mengimbangi diameter yang lebih kecil ini, Dinar Peruri lebih tebal dari Dinar LM. Namun keduanya memiliki berat yang sama 4.25 gram dan kadar karat yang sama pula yaitu 22 karat atau 91.7%. Dari sisi ciri khas design yang mudah dikenali, bila Dinar LM menggunakan gambar timbul berupa Ka’bah di Masjidil Haram – Dinar Peruri menggunakan gambar timbul masjid Istiqlal – Jakarta.
 
Dinar PeruriDinar Peruri

Insyaallah Dinar Peruri ini akan available dalam satu sampai dua bulan kedepan karena saat ini sudah dalam finalisasi process pencetakannya. Bila saatnya nanti Dinar Peruri sudah benar-benar diproduksi, kami akan memberlakukannya secara sama dengan Dinar LM. Selain harga jual dan harga beli-nya yang sama; masyarakat bisa menukarkan Dinar LM yang dipegangnya dengan Dinar Peruri dan juga sebaliknya dari Dinar Peruri ke Dinar LM. Bila stok keduanya ada, klien-klien GeraiDinar dan jaringan agennya boleh memilih salah satu dari keduanya atau kombinasi dari keduanya – tergantung preferensi masing-masing.
 
Sertifikat Dinar PeruriSertifikat Dinar Peruri
Kehadiran Dinar Peruri ini adalah hasil kerjasama Peruri dengan Gerai Dinar. Peruri menyediakan infrastruktur percetakan uangnya yang sangat canggih dengan teamnya yang sangat berpengalaman, sedangkan Gerai Dinar menyediakan bahan baku dan pasarnya. Kerjasama ini juga  menandai babak baru dalam penyebaran Dinar ke masyarakat. Pertama masyarakat bisa memiliki pilihan dari Dinar-Dinar yang diproduksi oleh dua perusahaan negara yang masing-masing sangat berkompetent dibidangnya tersebut diatas, dan yang kedua ketersediaan supply Dinar insyaAllah akan menjadi semakin terjamin.

Semoga Allah senantiasa memudahkan jalanNya bagi kita semua untuk beramal yang diridloiNya.

Kamis, 05 Mei 2011

Bobot Uang Kertas : Seperti Menimbang Jeruk Dengan Jeruk...

Bobot Uang Kertas : Seperti Menimbang Jeruk Dengan Jeruk... PDF Print E-mail
Oleh Muhaimin Iqbal   
Kamis, 05 May 2011 08:01
Sepanjang tahun 2011 ini Rupiah lagi luar biasa terhadap Dollar, sehingga di seluruh media yang memberitakan tentang ekonomi dan Rupiah tidak ada yang tidak sepakat bahwa Rupiah lagi kuat. Sayapun setuju bahwa Rupiah memang lagi kuat, tetapi setujunya saya ini dengan catatan bahwa pembandingnya adalah masih uang kertas lain  – khususnya  Dollar yang selama ini paling banyak dipakai sebagai pembanding. Lantas apa manfaat keperkasaan Rupiah ini bagi kita ?, Apakah barang-barang menjadi murah ?. Ternyata tidak, barang-barang khususnya kebutuhan pokok seperti bahan makanan tetap menjadi semakin mahal – bahkan setahun terakhir naik lebih dari 11 %.

Sama dengan kiat memilih kata yang pernah saya tulis sebelumnya, memilih kata ‘Rupiah menguat’ atau ‘Rupiah melemah’ juga berpengaruh pada sikap yang akan kita ambil. Bayangkan bila Anda memegang otoritas moneter di negeri ini misalnya, bila persepsi Anda ‘Rupiah menguat’ dan penguatan Rupiah ini bisa membuat ekspor kita kalah bersaing – maka kebijakan apa yang Anda akan ambil ? pastinya adalah kebijakan yang melemahkan Rupiah atau setidaknya mengerem laju penguatannya – agar ekspor kita kembali bisa bersaing. Sebaliknya juga terjadi bila persepsi Anda ‘Rupiah melemah’, kebijakan Anda akan cenderung menguatkan Rupiah.

Lantas bagaimana kita seharusnya memandang apakah Rupiah ini lagi kuat atau lagi lemah ?, seperti menimbang buah saja. Bila Anda membeli buah jeruk, maka anak timbangannya harusnya adalah anak timbangan baku yang beratnya sudah tertentu seperti logam kuningan dengan berat 1 kg, 0.5 kg dan seterusnya. Anda tentu tidak mau bila jeruk Anda ditimbang dengan jeruk lainnya, karena jeruk lain tersebut beratnya juga tidak tentu dan bisa menyusut pula. Barang yang beratnya tidak tentu, tidak bisa dipakai untuk menimbang berat barang lainnya – karena hanya akan bisa memberikan hasil yang relatif dan bukan hasil yang baku.

Untuk kasus uang kertas Rupiah dan Dollar, hasil ‘timbangan ‘ tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Bila Rupiah ditimbang dengan US$, maka telah terjadi penguatan sampai 21% sepanjang 2 tahun terakhir (garis merah). Tetapi bagaimana dengan ‘timbangan’ Dollar sendiri ?, ‘bobot’ Dollar yang sesungguhnya adalah daya belinya terhadap benda riil – saya gunakan emas karena daya beli emas yang terbukti baku sepanjang lebih dari 1400 tahun. Ternyata dalam dua tahun yang sama US$ ‘bobotnya’ menyusut sampai 39 % (garis hijau).
 
Bobot Uang KertasBobot Uang Kertas
Jadi ‘jeruk’ yang satu yaitu Rupiah kelihatan naik sampai 21 % tetapi relatif terhadap ‘jeruk’ yang lain yang bobotnya turun sampai 39%. Untuk mengetahui berat ‘jeruk’ yang pertama Rupiah secara baku, maka dia tidak bisa ditimbang dengan ‘jeruk’ lainnya yaitu Dollar – Rupiah harus ditimbang dengan benda riil pula – ya contohnya kembali ke emas tadi. Dengan timbangan baku emas, kita tahu bahwa ‘berat’ baku Rupiah ternyata melemah sampai 26 % sepanjang dua tahun terakhir (garis kuning). 

Inilah yang menjelaskan mengapa harga-harga barang tetap naik meskipun seluruh media mengabarkan Rupiah lagi menguat. Bayangkan sekarang bila Anda misalnya sebagai pemegang otoritas moneter mengambil keputusan untuk ‘melemahkan Rupiah’ berdasarkan hasil timbangan ‘jeruk’ dengan ‘jeruk’ diatas – maka yang menjadi korban adalah daya beli masyarakat. Anda insyaallah akan dapat mengambil kebijakan yang lebih adil bila kebijakan Anda mengelola supply uang kertas berdasarkan ‘timbangan’ sesungguhnya yang bernilai baku – yaitu daya beli uang kertas terhadap benda-benda riil yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat – ini antara lain terwakili oleh harga emas diatas. InsyaAllah.