Contact

Rizky maulana / Sofi Pujiastuti

telp 08112240196 / 081320140019

email Rizfajzan @ gmail

twitter follow@AlfabbyRizky

Pasar Soreang Blok I & II E ( Hj Wewen ) Soreang Bandung

No Rek 13000 - 1122 - 4030 Bank mandiri Cab Soreang - Bandung

Hari kerja Senin - Jum'at ( kecuali hari Libur Nasional)

Jam kerja 08.00 - 16.00 WIB

Minggu, 27 Februari 2011

Daya Beli Uang Kertas Bisa Mendekati Angka Nol, Tetapi Tidak Pernah Benar-Benar Sampai Angka Nol...

Daya Beli Uang Kertas Bisa Mendekati Angka Nol, Tetapi Tidak Pernah Benar-Benar Sampai Angka Nol... PDF Print E-mail
Oleh Muhaimin Iqbal   
Jum'at, 25 February 2011 09:27
Ketika Presiden Nixon mengumumkan pengingkaran Breton Woods Agreement 15 Agustus 1971, saat itu harga big burger di Amerika dan Eropa berkisar antara 15 – 25 cent Dollar dan harga kambing qurban yang baik di Indonesia berada di kisaran Rp 2,300. Kini 40 tahun kemudian harga big burger dalam kisaran US$ 4.5 – US$ 7.2 di Amerika dan di Eropa, sedangkan harga kambing qurban yang baik di kisaran Rp 1.6 juta. Dalam rentang 40 tahun bila dibeli dengan Dollar harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan sekitar 30 kali di Amerika dan Eropa, sedangkan di Indonesia kita mengalami kenaikan harga dalam Rupiah di kisaran 700 kali dalam rentang waktu yang sama.

Dengan penurunan daya beli yang begitu dasyatnya selama usia kita saja tersebut, lantas apakah era uang kertas akan segera berakhir ?. Ternyata kemungkinannya tidak demikian. Paling tidak secara matematis, uang kertas bisa berusia sangat panjang !. Sekali lagi saya coba gunakan persamaan matematika untuk menduga usia uang kertas ini, hasilnya persamaan yang paling mendekati ternyata persamaan pangkat negatif seperti pada grafik dibawah.
 
USD Buying PowerUSD Buying Power
Untuk US$ persamaan tersebut memberikan tingkat akurasi yang diwakili oleh angka R2 sekitar 71 %. Tidak terlalu akurat memang, tetapi paling tidak kita ada gambaran seperti apa rentang usia US$ ini nantinya. Untuk Rupiah R2 ini mendekati angka 90% artinya relatif akurat untuk mengatakan bahwa grafik penurunan daya beli Rupiah mengikuti formula yang dihasilkan oleh model ini  yaitu  y = 407.83x-1.8399.
 
Rupiah Buying PowerRupiah Buying Power
Meskipun dengan tingkat akurasi yang berbeda, persamaan pangkat negatif yang paling memungkinkan baik di US$ maupun Rupiah ini keduanya memberikan grafik yang disebut grafik long tail. Angkanya bisa sangat rendah untuk periode yang begitu panjang, tetapi grafiknya sendiri tidak pernah menyentuh angka nol. Dengan demikian secara matematis, baik US$ maupun Rupiah memang tidak sedang menuju angka kematiannya.

Hanya saja karena nilai daya beli yang begitu rendah, dari waktu ke waktu pemerintahan di negara yang uangnya terus menuju titik nol tetapi tidak pernah sampai titik nol ini – harus berani melakukan tindakan yang tidak popular seperti redenominasi atau bahkan sanering.

Masalah redenominasi ini seperti bom waktu, cepat atau lambat harus ada yang berani tidak popular melakukannya. Kalau seandainya saya yang harus memutuskan, maka akan saya lakukan sekarang-sekarang ini. Mumpung Rupiah lagi perkasa sekali dan mumpung pemerintah yang berkuasa sudah berada di periode kedua, artinya tidak terlalu perlu menjaga popularitas – karena toh tidak akan mencalonkan lagi. Dengan demikian juga pemerintah yang sekarang ikut memperpanjang usia uang kertas kita sekaligus memudahkan penataan ekonomi dan moneter negeri ini untuk pemerintahan selanjutnya.

Bayangkan seandainya tahun 1965 tidak ada yang mau mengambil keputusan sanering, begitu seterusnya pemerintahan berganti tanpa ada yang mengambil langkah sanering ataupun redenominsai, maka sampai sekarang uang Rp 1,000 kita akan berangka Rp 1,000,000,-. Inilah cerminan daya beli yang menuju ke angka nol tetapi tidak pernah sampai angka nol yang terwakili oleh persamaan-persamaan matematika tersebut diatas. Wa Allahu A’lam.

Harga Emas Dengan Asumsi Nilai Tukar Rupiah Random…

Harga Emas Dengan Asumsi Nilai Tukar Rupiah Random… PDF Print E-mail
Oleh Muhaimin Iqbal   
Rabu, 23 February 2011 08:33
Dari statistik harga emas sejak Januari 2000, model matematika yang saya perkenalkan dalam tulisan kemarin 22/01/2011 telah memberi gambaran yang secara statistik sangat akurat dengan R2 lebih dari 98% untuk harga emas dalam US Dollars. Hanya konversinya ke Rupiah, dalam tulisan sebelumnya tersebut masih saya gunakan model linear untuk nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar yang sebenarnya sangat tidak akurat mengingat model linear ini- meskipun sudah paling akurat dibandingkan model lainnya – tetap tidak bisa memberikan akurasi karena R2 yang dihasilkan hanya sekitar 5%.

Artinya nilai tukar Rupiah nampaknya berperilaku yang tidak beraturan – atau random terhadap US$ dalam kurang lebih 11 tahun terakhir. Maka dalam tulisan ini saya coba lagi menghitung harga emas sampai akhir tahun ini dengan menggunakan asumsi nilai tukar Rupiah yang  random ini. Agar tidak terlalu lebar kemungkinannya, maka saya gunakan asumsi yang paling mungkin yaitu nilai tukar Rupiah terhadap US$ Dollar bisa berapa saja tetapi dalam kisaran Rp 8,500/US$ s/d Rp 9,500/US$.

Maka dengan kombinasi model harga emas dalam US$ yang sudah akurat dengan randomnya nilai tukar Rupiah tersebut, ada kemungkinan yang tidak terbatas mengenai harga emas dalam Rupiah yang akan bisa terjadi sampai akhir tahun ini. Grafik dibawah hanyalah salah satu snapshot-nya. Pada model aslinya di komputer saya setiap ditekan enter – grafik akan berubah bentuknya, ini menggambarkan betapa penuh ketidak pastiannya harga emas ini.
 Gold Random

Menariknya adalah, meskipun grafik terus bisa bergerak secara tidak beraturan, sejauh random-nya nilai tukar Rupiah tetap berada diantara Rp 8,500/US$ s/d US$ Rp 9,500/US$ , ujung grafik kuning yang menggambarkan posisi rata-rata harga emas di akhir tahun ini tidak jauh dari garis angka Rp 450,000/gram.

Apa maknanya ini ?, kemungkinan terbesarnya adalah harga emas tetap akan naik sampai akhir tahun 2011 ini meskipun kita mungkin tidak bisa berharap kenaikan ini akan terlalu besar. Bila setahun terakhir seperti yang selalu terpampang di situs ini secara real time – angka pada saat artikel ini saya tulis – harga emas dalam Rupiah mengalami kenaikan di kisaran 22 %, setahun kedepan angka ini mungkin hanya akan berada di kisaran sekitar 10% (bila perilaku random ini yang kita gunakan) atau sekitar 13.5% bila perilaku linear yang kita gunakan seperti dalam tulisan saya sebelumnya.

Jadi, saran saya tetap – yaitu jangan berspekulasi dengan harga emas !. Wa Allahu A’lam.
Model Matematika Untuk Pergerakan Harga Emas Dalam US$ Dan Rupiah… PDF Print E-mail
Oleh Muhaimin Iqbal   
Selasa, 22 February 2011 06:44
Dari waktu ke waktu saya menulis tentang prediksi harga emas angkanya tidak pernah sama dari satu prediksi ke prediksi berikutya. Pertama karena harga emas terus bergerak  sehingga data yang kita gunakan pasti berbeda, kedua karena teknik yang digunakan juga berbeda-beda. Kali ini harga emas saya dekati dengan ilmunya anak sekolahan yang sering sekali digunakan dalam thesis-thesis S1 sampai S3, yaitu pendekatan dengan menggunakan model matematika.

Untuk keperluan ini saya gunakan harga emas rata-rata bulanan dalam US$ dari database-nya Kitco.com selama 134 bulan (Januari 2000 s/d February 2011), sedangkan konversinya ke angka Rupiah saya gunakan  data nilai tukarnya Pacific Exchange Services.  Untuk harga emas fisik di Indonesia dalam Rupiah data tersebut saya koreksi lagi dengan pengamatan harga emas di pasar lokal termasuk di Logam Mulia.

Ada tiga model persamaan matematika yang saya coba gunakan yaitu persamaan linear, polynomial dan exponential. Agar Anda tidak dipusingkan dengan hal-hal yang sangat teknis demikian, saya akan langsung saja ke hasilnya seperti grafik-grafik di bawah. Grafik pertama adalah harga emas dalam US$ - sebaran data riilnya berupa bintik-bintik kuning emas.

Gold TrendGold Trend 2000-2011 - In US Dollar
 
Model matematika yang kita gunakan terwakili dari grafik merah, hijau dan hitam. Grafik merah dan persamaan matematikanya yang ditulis merah menggunakan pendekatan exponential. Grafik hijau dan persamaan hijau adalah untuk persamaan polynomial, sedangkan yang hitam adalah persamaan linear. Secara grafis-pun Anda sudah bisa melihat bahwa grafik hijau paling mendekati dengan sebaran data yang ada, kemudian di susul merah dan yang paling jauh hitam.

Secara matematika kedekatan model dengan realita ini diwakili oleh angka R2 (R Square) atau disebut juga sebagai coefficient of determination. Pendekatan polynomial menghasilkan angka tertinggi yaitu 0.9804 – artinya sangat akurat,  disusul oleh pendekatan exponential dengan angka 0.966. Model linear memberikan akurasi yang paling jauh dengan angka R2  0.8871.

Lantas bagaimana menggunakan model persamaan tersebut ?, sederhana, setelah kita punya persamaan yang akurat seperti persamaan polynomial yang formulanya ditulis dengan warna hijau di grafik diatas – kita tinggal menggunakannya untuk memprediksi harga emas sampai akhir tahun misalnya. Dari tiga pendekatan persamaan matematis tersebut, persamaan polynomial akan memberikan prediksi yang paling akurat dengan angka harga emas akhir tahun ini berada di kisaran angka US$ 1,512/Oz.

Untuk konversinya ke Rupiah saya perlu memberi catatan khusus karena nilai tukar US$ ke Rupiah bergerak secara tidak beraturan, saya tidak bisa menemukan satupun pendekatan persamaan matematis yang relatif akurat untuk ini. Kalau saya gunakan persamaan linear – yang paling mendekati-pun angka  R2 hanya 0.0524 artinya sangat tidak akurat – lihat grafik dibawah.

Rupiah TrendRupiah Trend 2000-2011
 
Yang menarik adalah meskipun nilai tukar US$ ke Rupiah bergerak tidak beraturan, bila masing-masing nilai tukar rata-rata bulanan ini digunakan untuk mengkonversikan harga emas dalam US$/Oz; hasilnya adalah harga emas dalam Rupiah yang fit dengan model-model persamaan matematika tersebut diatas.

Perhatikan grafik dibawah ini,  R2 untuk persamaan  polynomial dari harga emas sejak Januari 2000 adalah 0.9811. Untuk persamaan exponential angkanya di 0.9691, sedangkan untuk yang linear angkanya 0.8974. Ketidak beraturan nilai tukar US$ terhadap Rupiah kalah kuat dengan pengaruh keteraturan pergerakan harga emas itu sendiri.

Gold IDRGold Trend 2000-2011 in Rupiah
 
Walhasil bila kita gunakan persamaan polynomial yang terbukti paling tinggi akurasinya untuk model persamaan matematika harga emas ini, kita bisa memprediksi harga emas akhir tahun ini dalam Rupiah akan berada di kisaran angka Rp 467,000/gram – atau hanya akan mengalami kenaikan sekitar 13.5% dari angka akhir tahun lalu. Ini sejalan dengan menguatnya Rupiah yang luar biasa beberapa bulan terakhir ini.

Apa artinya kenaikan 13.5% untuk harga emas fisik di Indonesia ini ?. Appresiasi emas masih bisa memberikan hasil bersih lebih dari 2 kali tabungan Rupiah di bank-bank favorit. Apresiasi emas juga insyallah sekali lagi akan membuktikan kemampuannya untuk mengalahkan inflasi.

Tetapi dengan kenaikan 13.5% tersebut appresiasi emas kemungkinan besarnya tidak akan memadai untuk membayar ongkos gadai bila Anda membiayai pembelian emas Anda melalui dana gadai seperti yang ramai di masyarakat akhir-akhir ini. Bila Anda membeli emas kemudian digadai, membeli kembali dan seterusnya kemungkinan besarnya ongkos gadai akan lebih besar dari apresiasi harga emas tersebut. Jangan lupa bahwa ketika Anda menjual emas Anda di pasaran manapun, Anda akan dikenakan harga beli oleh toko emas tersebut – jadi apresiasi riilnya bisa lebih rendah dari 13.5% tersebut – semakin jauh dari total ongkos gadai Anda (termasuk asuransi dlsb).

Dengan mengungkapkan fakta ini bukan berarti saya tidak setuju dengan gadai emas yang dikeluarkan oleh bank-bank syariah misalnya. Produk tersebut banyak kebaikannya karena melalui produk gadai ini emas yang biasanya hanya ditimbun, kini bisa menjadi modal likwid bak uang sesungguhnya di masyarakat. Tetapi realisasi dana gadai ini sebaiknya diarahkan untuk kegiatan produktif di masyarakat, modal perdagangan dlsb. Manfaatnya minimal ada dua yaitu yang pertama insyaAllah hasilnya mampu mengimbangi ongkos gadai, yang kedua emas Anda secara tidak langsung bermanfaat luas di masyarakat melalui putaran ekonomi yang riil. InsyaAllah !.

Selasa, 01 Februari 2011

Investment Box : Dimana Penempatan Investasi Anda...? PDF Print E-mail
Oleh Muhaimin Iqbal   
Minggu, 30 January 2011 09:46
Dengan begitu banyaknya pilihan investasi yang sering ditawarkan orang ke Anda, kadang tidak mudah bagi seorang professional sekalipun untuk menentukan pilihannya – apalagi bagi masyarakat awam. Pengelola dana-dana investasi pada umumnya mengembangkan trik-trik tersendiri yang dibangun berdasarkan skills dan pengalamannya. Di antara trik-trik tersebut, saya pilihkan yang paling mudah dan kemudian saya sederhanakan dalam tulisan ini – menjadi sedemikian mudah dan sederhana – karena mirip dengan permainan kelereng sewaktu kita kecil.

Waktu kecil dahulu, saya suka sekali bermain kelereng di kampung. Untuk menyimpan kelereng yang  jumlahnya banyak, perlu kotak tersendiri. Kelereng-kelereng yang paling sering saya gunakan untuk bermain – untuk gacoan misalnya – maka harus saya taruh di tempat paling atas di dalam kotak agar mudah saya temukan. Bila posisinya tidak diatas akan perlu waktu untuk mengaduk-aduk seisi kotak untuk menemukan gacoan ini.

Nah mengelola dana investasi adalah mirip dengan mengelola kelereng dalam kotak tersebut. Sumbu-sumbu kotaknya adalah profitability (sumbu x) , liquidity (sumbu y) dan solvability (sumbu z). Setiap jenis investasi memiliki karakter tersebiri dalam hal profitability, liquidity dan solvability-nya. Ketiganya menentukan posisinya di dalam kotak investasi atau saya sebut saja investment box.

Untuk mudahnya masing-masing sumbu kita bagi dalam skala tiga saja yaitu rendah (1) , sedang (2) dan tinggi (3). Posisi investasi tertentu didalam investment box di tentukan oleh kordinat xyz-nya. Lantas apa yang menentukan mana yang rendah, sedang dan tinggi di masing-masing sumbu ?. Masing-masing orang bisa punya cara tersendiri. Kalau saya, yang saya gunakan saat ini adalah sebagai berikut :
 Investment Box
Untuk profitability, batasan yang saya gunakan adalah tingkat inflasi bahan pangan. Semua bentuk investasi harus bisa mengalahkan inflasi bahan pangan yang rata-ratanya 12 % selama lima tahun terakhir. Bila hasil investasi kurang dari inflasi bahan pangan, saya kategorikan hasil investasi rendah. Sampai dua kali inflasi bahan pangan (24%) saya kategorikan sedang, dan diatas itu baru tinggi.

Untuk liquidity adalah apabila dana dari investasi tersebut bisa kita cairkan kapan saja kita butuhkan – tanpa syarat, maka kategorinya tinggi (seperti kelereng yang berada di bagian kotak paling atas !), bila memerlukan proses dan waktu tertentu saya kategorikan sedang – dan bila pencairannya bersyarat – seperti ketika Anda mau mencairkan dana asuransi harus mencapai usia tertentu atau Anda harus meninggal dahulu misalnya – maka yang ini saya kategorikan rendah.

Untuk solvability adalah bandingannya apabila ada pinjaman untuk modal investasi Anda tersebut. Bandingannya adalah standar appresiasi harga emas yang berada di kisaran 20% per tahun selama lima tahun terakhir. Mengapa emas yang saya gunakan untuk standar ?, karena pinjaman berbasis emas dan dikembalikan dalam bentuk emas dengan jumlah yang sama inilah yang paling adil dan tidak mengandung riba. Bila investasi Anda mampu melebihi apresiasi harga emas, maka pertumbuhan asset Anda akan lebih dari cukup untuk mengembalikan pinjaman modal yang berupa emas – maka jenis investasi ini yang saya kategorikan memiliki solvability tinggi. Bila hanya pas-pasan di kisaran appresiasi emas saya kategorikan sedang dan bila tidak cukup untuk mengembalikan pinjaman modal yang berupa emas – saya kategorikan rendah dalam hal solvability karena makin lama hutang makin tidak terbayar.

Dengan kriteria dan asumsi tersebut diatas, maka marilah kita lihat posisi masing-masing contoh jenis investasi yang ada di pasaran atau di lingkungan kita sebagai berikut

Asuransi

Untuk Asuransi, posisinya saya taruh di koordinat (1,1,1) artinya profitability rendah (pada umumnya dibawah inflasi bahan pangan), liquidity rendah karena pencairannya pada umumnya bersyarat yaitu bila kita mencapai usia tertentu, bila kita meninggal dlsb. Solvability juga saya kategorikan rendah karena hasil yang lebih rendah dari apresiasi emas – Anda tidak mungkin bisa mengembalikan pinjaman emas yang sama bila emas tersebut digunakan untuk membayar premi asuransi.

Reksadana

Reksadana saya taruh dalam kordinat (2,2,2) artinya profitability sedang – kadang bisa melampau inflasi bahan pangan, liquidity sedang karena perlu proses tertentu untuk mencairkannya, dan solvability juga sedang – kadang cukup untuk mengembalikan pinjaman emas – kadang juga tidak.

Manufaktur

Ini asumsinya Anda berinvestasi langsung di sektor produksi, posisinya saya taruh di koordinat (3,2,3). Dengan asumsi Anda menerjuni bidang yang memang Anda kuasai, maka umumnya manufaktur bisa dengan mudah memberikan tingkat keuntungan yang melebihi angka inflasi bahan pangan sekalipun, namun dari sisi liquidity saya kategorikan sedang karena tidak semua asset bisa dengan mudah dicairkan. Dari sisi solvability saya kategorikan tinggi karena asset usaha pada umumnya akan tumbuh lebih cepat dari appresiasi emas – karena dia adalah harta yang berputar.

Property

Untuk property saya taruh di koordinat (2,1,2) , dia lumayan profitable bila dapat lokasi yang baik, rendah dalam hal liquidity karena tidak mudah menjualnya bila kita memerlukan dana dari investasi property ini. Dan dari sisi solvability – kurang lebih tumbuh mirip dengan pertumbuhan harga emas.

Kebun

Untuk kebun saya taruh di koordinat (3,1,3) yaitu sangat profitable bila ditangani oleh yang memang memahami bidangnya, sebagai contoh satu batang benih pohon jinjing harganya hanya Rp 1,000. Setelah lima tahun pohon ini bila tumbuh baik harganya dengan mudah akan mencapai ratusan ribu. Liquidity-nya rendah karena hanya akan bisa dipanen setelah mencapai usia tertentu – lima tahun atau lebih. Tinggi dalam hal solvability karena didanai dengan pinjaman emas-pun insyaAllah akan lebih dari cukup untuk mengembalikannya.

Deposito

Deposito saya taruh di posisi koordinat (1,2,1) , rendah dari sisi profitability karena semua Deposito saat ini memberikan hasil yang lebih rendah dari inflasi bahan pangan. Sedang dalam hal liquidity karena perlu waktu tertentu untuk mencairkannya, dan rendah dalam arti solvability karena bila dana diposito Anda diukur dari pinjaman emas – maka pinjaman tersebut akan semakin berat untuk bisa dibayar dengan hasil deposito Anda.

Tabungan

Agak mirip dengan deposito, yaitu rendah dalam hal profitability dan rendah pula dari sisi solvability  tetapi tinggi dalam hal liquidity karena tabungan Anda bisa dicairkan kapan saja. Maka posisi tabungan berada di koordinat ( 1,3,1).

Emas/Dinar

Emas/Dinar berada di posisi koordinat (2,3,3), sedang dalam hal profitability, tinggi dalam hal liquidity (bisa dijual kapan saja dan dimana saja ) dan tinggi pula dalam hal solvability. Pinjaman emas/Dinar selalu dapat dibayar dengan emas/Dinar pula setiap saat.

Perdagangan

Inilah primadonanya investasi langsung di koordinat (3, 3, 3), yaitu profitability-nya yang tinggi. Bila modal Anda Rp 1 juta untuk berdagang dengan turnover awalnya Rp 1 juta per minggu dan untung bersih yang Anda investasikan kembali adalah 1 %, maka pada akhir tahun uang Anda menjadi Rp 1,000,000 x (1+ 1%) ^ 52 (52 minggu dalam satu tahun !) =  Rp 1,677,689. Liquidity tinggi karena harta para pedagang yang terus berputar antara barang dagangan – uang – dagangan – dan uang kembali begitu seterusnya. Solvability juga tinggi karena dia akan terus mampu mengembalikan pinjaman modal yang dikukur dalam emas sekalipun. Mungkin inilah yang menjadikan perdagangan itu  9 dari 10 pintu rizki !.

Dengan mengetahui posisi ‘kelereng-kelereng’ investasi tersebut, InsyaAllah Anda akan lebih mudah menentukan komposisi investasi Anda. Memang tidak straight forward Anda dapat langsung jump ke perdagangan – karena untuk ini diperlukan skills yang perlu terus dikembangkan.

Sebaliknya juga demikian, asuransi yang berada di kordinat (1,1,1) tidak harus serta merta ditinggalkan, keberadaanya masih diperlukan untuk risk sharing atau taawun – tolong menolong – dalam menghadapi risiko. Yang diperlukan hanyalah memperjelas posisi, bahwa ketika Anda membeli asuransi adalah karena fungsinya untuk bisa ber-taawun ini – sedangkan untuk investasinya, banyak yang lebih menarik seperti alternatif-alternatif tersebut.

Contoh lain dari bentuk investasi yang kurang menarik tetapi sangat kita butuhkan adalah tabungan di bank; dari sisi profitability memang rendah – tetapi sampai saat ini tabungan atau rekening koran di bank masih menjadi alternatif pengelolaan cash kita yang paling efektif. Toh kita memang tidak perlu membawa atau menyimpan tunai di bawah bantal kan ?. Jadi manfaatkan bank untuk keperluan cash manajemen, pembayaran dan sejenisnya – tetapi untuk investasi gunakan pilihan lain yang lebih menarik.

Dengan memahami kelemahan dari masing-masing karakter investasi tersebut diatas, kita juga bisa melakukan perbaikan-perbaikannya. Misalnya ketika saya menanam pohon jinjing saya tahu bahwa saya tidak akan bisa mengharapkan hasilnya paling tidak sampai lima tahun mendatang, maka untuk mengongkosi operasi day-to-day dan upah bagi yang merawatnya sampai lima tahun yang akan datang – di kebon jinjing tersebut saya pelihara kambing dan jamur. Susu kambing dan jamur dapat menjadi income harian yang mengkompensasi investasi jinjing tersebut.

Lebih dari itu semua, Anda juga bisa tidak setuju dengan letak kelereng-kelereng tersebut. Ini toh ‘kelereng’ investasi Anda sendiri, Anda bebas menentukan tempatnya dimana saja – asal Anda memiliki kriteria atau pertimbangannya yang jelas.

Selamat bermain kelereng...:) 

Teori Cycle-50 Untuk Memahami Sampai Dimana Harga Emas/Dinar Akan Turun...

Teori Cycle-50 Untuk Memahami Sampai Dimana Harga Emas/Dinar Akan Turun... PDF Print E-mail
Oleh Muhaimin Iqbal   
Kamis, 27 January 2011 09:11
Ada teori yang unik yang dari waktu ke waktu ditemukan atau dikembangkan orang untuk memahami perilaku pasar, baik itu yang terkait dengan saham, komoditi maupun emas dlsb. Yang sudah pernah saya perkenalkan di situs ini antara lain adalah tentang Teori Fibonacci dan Teori Peluruhan. Kali ini saya akan perkenalkan teori baru yang saya sebut saja Cycle-50, yang saya harapkan berguna untuk memahami perilaku pasar terutama ketika harga lagi turun seperti yang sedang terjadi beberapa pekan terakhir.

Yang selalu menjadi pertanyaan orang ketika harga sedang terus menerus turun adalah sampai kemana penurunan harga ini nantinya ?. Maka saya ibaratkan orang berlari marathon, dari waktu kewaktu dia perlu istirahat sejenak untuk mengambil nafas atau minum – setelah itu dia akan melanjutkan perjalanannya kembali.

Mengambil nafas atau minumnya pasar adalah ketika para pelakunya merasa harga sudah ketinggian dan rame-rame mengambil aksi profit taking. Karena pelaku pasar adalah manusia, maka ketika sekumpulan manusia tersebut mengambil langkah yang mirip satu sama lain secara bersama-sama – maka yang terjadi adalah perilaku pasar yang juga mirip perilaku manusia.

Nah untuk menduga sampai dimana harga emas akan turun, kita bisa melihat dari statistik – berapa lama waktu yang diperlukan pasar untuk mengambil nafas atau minum tersebut. Alhamdulillah GeraiDinar memiliki statistik yang otomatis terbangun dari update harga real time yang tersaji setiap 6 jam di situs ini. Tanpa terasa pencatatan statistik secara otomatis ini sudah berjalan hampir tiga tahun – jadi kami memiliki catatan yang lumayan reliable untuk dibuat kajiannya.

Dari mengamati perilaku naik turunnya harga emas atau Dinar selama tiga tahun tersebut, ada pola yang dapat kami tangkap ketika harga emas lagi turun. Pola tersebut terjadi dalam rentang waktu yang mirip satu sama lain yaitu 50 hari-an, itulah sebabnya siklus ini saya sebut Cycle-50. Rentang waktu 50 hari tersebutlah nampaknya yang diperlukan untuk pasar mengambil nafas sebelum melanjutkan ke perjalanan berikutnya mengikuti trend utamanya.

Hasil dari kajian ini dapat dilihat pada grafik dibawah. Ada setidaknya 4 kejadian Cycle-50 yang kami deteksi dari statistik harga emas atau Dinar selama tiga tahun terakhir.
 
Cycle-50Cycle-50
Waktunya mirip satu sama lain yaitu 50 hari, tetapi tingkat penurunannya yang berbeda. Makin lama –makin mengecil  penurunan ini. Ketika harga Dinar mencapai puncak tertinggi 21 Februari 2009 pada angka Rp 1,640,280 ; sekitar 50 hari kemudian tanggal 12 April pasar mengalami penurunan sampai ke  angka Rp 1,424,160 atau mengalami penurunan sebesar 13 %.

Kejadian kedua adalah ketika Dinar mencapai angka Rp 1,587,710 tanggal 2 Desember 2009 , 50 hari kemudian tanggal 22 Januari 2010 , Dinar jatuh sampai angka Rp 1,420,470 atau turun sebesar 11 %. Kejadian ketiga dari angka Rp 1,594,370 (8 Juni 2010) turun ke angka Rp 1,440,670 (28 Juli 2010) atau turun 10 %.

Dan terakhir adalah dari angka tertinggi Rp 1,776,940  tanggal 7 Desember 2010 lalu , 50 hari kemudian tanggal 26 Januari 2011 kemarin turun ke angka Rp 1,690,590 atau mengalami penurunan sekitar 5 %.

Lantas mengapa angka persentase penurunan pada Cycle-50 tersebut makin mengecil dari waktu ke waktu ?. Dugaan saya, ini terkait dengan dorongan keatas yang lebih kuat daripada sebaliknya. Ketika pasar melihat trend utamanya harga emas seharusnya naik ( perhatikan trendline garis merah), maka pasar tidak akan menunggu harga jatuh terlalu jauh sebelum mulai rame-rame membeli kembali .

Bila teori ini benar dan dapat dipahami, insyaallah akan lebih mudah kita mengambil keputusan kapan sebaiknya mengamankan asset kita dengan emas atau Dinar ini. Meskipun dalam jangka panjang trend emas atau Dinar dipahami lebih condong naik, adalah manusiawi juga bila kita bersedih ketika dalam jangka pendek asset kita turun nilainya  - nah pemahaman terhadap teori semacam Cycle-50 inilah yang dapat menjadi penghiburnya.

Teori saya ini bisa saja keliru tetapi nanti waktu yang akan membuktikannya. Saya akan sangat senang bila ada mahasiswa S-2 atau S-3 dari berbagai bidang yang tertarik mendalami dan mengembangkan lebih lanjut teori Cycle-50 ini, mudah-mudahan bermanfaat. Amin.