Contact

Rizky maulana / Sofi Pujiastuti

telp 08112240196 / 081320140019

email Rizfajzan @ gmail

twitter follow@AlfabbyRizky

Pasar Soreang Blok I & II E ( Hj Wewen ) Soreang Bandung

No Rek 13000 - 1122 - 4030 Bank mandiri Cab Soreang - Bandung

Hari kerja Senin - Jum'at ( kecuali hari Libur Nasional)

Jam kerja 08.00 - 16.00 WIB

Kamis, 31 Maret 2011

Bila Financial Catastrophe Global Terjadi, Kemana Kita Bisa Berlari...?

Bila Financial Catastrophe Global Terjadi, Kemana Kita Bisa Berlari...? PDF Print E-mail
Oleh Muhaimin Iqbal   
Rabu, 30 March 2011 07:26
Catastrophe adalah istilah untuk kejadian atau musibah luar biasa yang sangat besar dampaknya bagi harta benda dan jiwa manusia. Dalam dunia risk management istilah ini biasa digunakan untuk bencana alam sekelas tsunami Aceh akhir 2004, dan yang masih segar diingatan kita adalah gempa bumi dan tsunami di Jepang yang kemudian juga disusul dengan bencana radiasi radioaktif. Sejak krisis financial 2008, karena skalanya yang luar biasa – para financial risk manager juga mulai menggunakan istilah catastrophe ini untuk menggambarkan luasnya dampak bencana financial waktu itu.

Pekan lalu istilah Financial Catastrophe kembali diangkat di media oleh sekelompok mantan ahli ekonomi Gedung Putih dengan membuat surat terbuka yang intinya mengingatkan bahwa mendung Financial Catastrophe sedang membayangi negeri itu.

Yang lebih konkrit lagi, akhir pekan lalu juga – LSM yang misinya menyiapkan warga Amerika untuk menghadapi hyperinflasi – National Inflation Association (NIA) - me-release  12 tanda-tanda bahwa hyperinflasi bisa jadi akan segera terjadi di negeri itu. 12 tanda-tanda ini adalah :

1.     Federal Reserve yang membeli sendiri sampai 70% surat hutang baru yang dikeluarkan negeri itu. Artinya surat hutang negeri itu mulai tidak laku dijual.
2.     Pihak swasta mulai menghentikan pembelian surat utang negara.
3.     China mulai ancang-ancang meninggalkan US Dollars sebagai reserve currency-nya.
4.     Jepang yang merupakan negara no 2 terbesar pemegang surat utang negara AS mulai menjual portfolio-nya.
5.     Tidak biasanya, tingkat suku bunga the Fed kini berada pada angka 0.00 – 0.25 % sejak Desember 2008.
6.     Year –Over- Year (yoy) Consumer Price Index (CPI) meningkat sampai 92% selama tiga bulan terakhir.
7.     Lalainya control media dan masyarakat akan tingginya kenaikan CPI di no 6.
8.     Budget Deficit yang memecahkan rekor baru di angka US$ 222.5 Milyar.
9.     Tingginya persentase deficit yang mencapai 43% dari total pengeluaran.
10.   Obama yang dituduh berbohong dalam kebijakan luar negerinya. Dahulu warga negeri itu berharap Obama akan mengurangi keterlibatan dalam perang di negeri orang, kini ternyata malah memulai perang baru seperti di Libya – siapa lagi yang akan menanggung bebannya selain warga negeri itu sendiri ?.
11.   Obama juga dituduh menyesatkan definisi Balanced Budget dengan mengeluarkan beban bunga dari hutang nasional-nya, padahal justru beban bunga ini yang meledak sangat besar.
12.   Amerika harus memikul kenaikan beban bunga yang sangat besar yang besarnya diperkirakan bisa mencapai 30% - 40 % dari penerimaan pajak negeri itu. Tidak ada negeri yang bisa selamat dari hyperinflasi dengan beban bunga sebesar ini !.

Dengan 12 tanda-tanda tersebut, NIA mengingatkan warga Amerika akan bahaya hyperinflasi yang diprediksi bisa terjadi pada paruh kedua tahun ini, atau bila tidak maka peluang terbesarnya adalah diantara tahun 2013 – 2015, dan bila tidak juga terjadi– maka hampir pasti menurut NIA hyperinflasi akan terjadi di Amerika sebelum dasawarsa ini berakhir.

Apa relevansinya hyperinflasi di Amerika dengan kita yang jauh disini ?. Sama seperti gempa bumi di Jepang yang menimbulkan efek tsunami dan radiasi radioaktif – yang membuat seluruh dunia waspada, bila terjadi hyperinflasi di Amerika dengan uang Dollarnya – maka dia menjadi epicentrum dari gempa financial global yang tidak ada satu negarapun yang tidak akan terkena dampaknya.

Bila terjadi hyperinflasi terhadap US$, daya beli uang ini akan runtuh – sedangkan hampir seluruh negara-negara di dunia memegangnya dalam berbagai bentuk. Kita juga memegangnya dalam bentuk cadangan devisa yang kini nilainya  mendekati US$ 100 Milyar – tepatnya US$ 99.619 Milyar per 28/02/2011. Saling keterkaitan dengan US$ yang begitu kuat juga akan menyeret daya beli  mata uang negara lain ikut runtuh bersamaan dengan runtuhnya  Dollar.

Lantas bagaimana kita menyikapi akan potensi Financial Catastrophe yang  meskipun kemungkinan besar epicentrum gempanya nun jauh di Amerika sana tetapi dampaknya akan sampai ke kita juga ini ?. Jawabannya pernah saya tulis di sini melalui dua tulisan.

Yaitu pertama belajar dari cara nabi Yusuf Alaihi Salam menafsirkan ‘prediksi’ paceklik dari mimpi sang raja (QS 12:47),  bercocok tanam secara sungguh-sungguh selama tujuh tahun adalah jawabannya. Bercocok tanam disini adalah representasi upaya untuk mencukupi kebutuhan sendiri dari apa-apa yang bisa dihasilkan di bumi ini.

Yang kedua adalah belajar dari apa yang dilakukan oleh  seluruh nabi-nabi dan juga jenis pekerjaan yang diindikasikan dalam hadits akan tetap baik dilakukan hingga akhir jaman – yaitu menggembala (memelihara) kambing di bukit-bukit. Menggembala kambing di bukit-bukit adalah merepresentasikan pembebasan diri dari rusaknya system yang menyelimuti dunia saat itu. Keluar dari ecosystem global yang rusak dan membangun ecosystem skala kecil tetapi  terjaga dengan baik adalah jawaban keduanya.

Salah satu bukti empiris dari kebenaran petunjuk Al-Qur’an dan hadits tersebut diatas dapat saya saksikan di desa kelahiran saya – 4 jam perjalanan darat dari Surabaya ke arah barat. Hingga jaman modern kini di desa ini orang tetap bisa hidup nyaris tanpa uang – awalnya terpaksa !, karena begitu sedikitnya uang yang berputar di desa ini.

Anda mungkin tidak kebayang, di sekolah madrasah yang didirikan bapak saya di desa itu – hingga kini kami hanya mampu membayar sekitar 40 gurunya dengan gaji di kisaran Rp 100,000 per orang per bulan. Tetapi jangan dibayangkan bahwa guru-guru tersebut adalah orang-orang yang menderita, mereka adalah orang-orang yang terhormat dan paling berpendidikan di desa itu. Dari penampilannya ketika mereka mengajar, Anda tidak akan mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang bergaji Rp 100,000 per bulan. Semua mereka tampil keren dan terhormat di mata 700-an murid-muridnya.

Lantas bagaimana mereka bisa hidup dengan Rp 100,000/bulan ?. disinilah rahasianya. Hampir segala macam kebutuhan hidup mereka bisa tercukupi dari apa yang tumbuh di pekarangan-pekarangan mereka di desa itu. Di desa seperti ini, dimana orang bisa hidup nyaris tanpa uang – bencana financial skala global sekalipun insyaallah tidak akan membawa dampak.

Saya yakin sebagian dari Anda juga memiliki desa asal seperti saya, maka kembali membangun desa dengan sawah, ladang dan ternak-ternaknya insyaallah akan merupakan langkah yang jitu dalam membangun ketahanan ekonomi. Bagi Anda yang tidak memiliki desa Asal, Anda masih dapat men-create desa Anda sendiri di tempat-tempat yang tidak terlalu jauh dari Jakarta misalnya.

Dengan memiliki desa-desa untuk 'kembali' ini, bila bencana financial global tidak terjadi, kita juga tidak rugi karena kita toh membangun desa kita sendiri. Bila bencana financial global seperti yang diingatkan oleh para ahli tersebut diatas benar-benar terjadi, kita-pun tahu kemana kita bisa berlari. InsyaAllah.

Dinar & Dirham Drain : Disparitas Harga Dan Upaya Minimisasi –nya...

Dinar & Dirham Drain : Disparitas Harga Dan Upaya Minimisasi –nya... PDF Print E-mail
Oleh Muhaimin Iqbal   
Sabtu, 19 March 2011 06:55
Sebulan terakhir saya coba mengamati harga-harga Dinar dan Dirham yang terjadi di luar negeri khususnya adalah Malaysia melalui World Islamic Mint Malaysia, UAE melalui World Islamic Mint (Abu Dhabi) dan e-Dinar. Hasilnya ternyata masih seperti yang pernah saya tulis sekitar 6 bulan lalu ketika harga emas dunia mulai melejit,  yaitu harga-harga Dinar dan Dirham yang kami perkenalkan melalui situs ini secara persistent berada jauh dibawah harga-harga Dinar dan Dirham di negeri Jiran dan Timur Tengah. Rata –rata sebulan terakhir harga Dinar kita lebih rendah hampir 10% dari Dinar di negeri Jiran, bahkan harga Dirham kita berada di sekitar 36 % lebih rendah dari Dirham di negeri tetangga tersebut.

Pada saat artikel ini saya tulis misalnya, dengan spesifikasi kadar dan berat yang sama Dinar di Malaysia dihargai RM 660 atau sekitar Rp 1,910,000,- dan Dirham di hargai RM 23 atau sekitar Rp 66,000,-.  Pada saat yang bersamaan di Abu Dhabi Dinar diharga US$ 213 atau sekitar Rp 1,868,000,- dan Dirham dihargai US$ 7.39 atau sekitar Rp 64,000,-. Yang masih lebih murah dari kita hanya e-Dinar yaitu Dinar US$ 194.03 ( sekitar Rp 1.7 juta) dan Dirham 3.35 (sekitar 30 ribu), hanya saja ketika Anda klik di Dinar & Dirham Shop mereka untuk membeli Dinar dan Dirham secara fisik – maka harga yang digunakan adalah harga Dinar dan Dirham yang sama dengan World Islamic Mint – Abu Dhabi tersebut diatas. Walhasil dibandingkan dengan ketiga sumber di luar negeri tersebut – harga Dinar dan Dirham di jaringan Gerai Dinar selama ini adalah terlalu murah. Hal ini bisa dilihat dari grafik perbandingannya sebulan terakhir dibawah.
 
DisparitasDisparitas Harga Dinar Emas Indonesia vs Malaysia
Disparitas harga Dinar dan Dirham fisik di Indonesia yang terlalu jauh dibandingkan dengan produk sejenis diluar negeri yang berspesifikasi kadar dan berat sama, sangat   berpotensi menyebabkan apa yang kami sebut Dinar & Dirham Drain (D3) atau Dinar & Dirham capital flight ke negeri-negeri yang menghargainya (dengan uang kertas) lebih tinggi.  Bila ini terjadi, maka good money berupa Dinar dan Dirham fisik kita akan secara bertahap tersedot keluar dan digantikan dengan aliran bad money berupa Ringgit atau Dollar – uang kertas yang dicetak dari awang-awang.

Untuk mengantisipasi hal ini insyaAllah sejauh yang kami bisa, kami akan terus memantau aliran Dinar dan Dirham fisik tersebut diatas. Namun cara yang paling efektif untuk mencegah D3 sebenarnya adalah harus dihilangkan penyebabnya. Karena penyebabnya adalah disparitas harga yang significant – maka disparitas harga ini yang dari waktu-ke-waktu akan kami minimalisir secara bertahap as and when situasinya tepat untuk melakukannya.

Upaya meminimisasi disparitas harga ini akan berdampak terkatrol naiknya harga Dinar dan Dirham fisik di jaringan Gerai Dinar, sedikit menjadi lebih berat bagi yang hendak membelinya – namun secara umum akan otomatis meningkatkan nilai Dinar dan Dirham yang sudah dimiliki oleh masyarakat  – relatif terhadap uang kertas. Bila Anda melihat harga jual - beli Dinar dan Dirham kami per pagi ini lebih tinggi dari kemarin-kemarin, ini adalah dampak dari penyesuaian harga bertahap tersebut.

Setiap langkah tentu ada risikonya, termasuk langkah-langkah untuk mengurangi disparitas harga ini. Bagi kami sendiri dan agen-agen kami tentu sepintas lalu akan membuat Dinar dan Dirham kami kurang menarik bagi calon pembeli –  ini kami sadari sepenuhnya. Tetapi di sisi lain masyarakat pengguna Dinar dan Dirham kami juga toh yang akhirnya akan diuntungkan – karena kami menghargai buyback-nya juga otomatis lebih tinggi. Selisih harga jual dan beli yang kami selalu pertahankan tidak lebih dari 4 % - bahkan bisa turun tinggal 1% - 2 % saja melalui fasilitas penjualan ke sesama pengguna seperti yang sering kami umumkan di situs ini – insyaAllah akan menjaga harga Dinar dan Dirham yang telah ada di tangan Anda.

Masyarakat juga sering membandingkannya dengan emas lantakan, seolah harga Dinar ini jauh lebih mahal dari harga emas lantakan. Untuk obyektifnya ketika membuat perbandingan hendaknya diperbandingkan dalam kondisi yang sama – yaitu sama-sama termasuk ongkos cetaknya. Ketika saya menulis ini misalnya, harga emas di Logam Mulia (harga kemarin 18/03/2011) tertulis Rp 408,000/gram. Tetapi bila Anda membeli emas lantakan yang 4 atau 5 gram ( yg ukurannya dekat dengan Dinar), harga tersebut menjadi Rp 418,500,-/gram – karena memasukkan unsur ongkos cetak di dalamnya. Masih lebih menguntungkan emas lantakan karena 24 karat ?.

Ketika Anda jual balik ke tempat Anda membeli, atau dijual kemanapun biaya cetak emas lantakan akan dihilangkan/tidak diakui. Oleh mereka emas lantakan 5 gram Anda tersebut diatas misalnya bila Anda jual balik pada saat harga jual mereka Rp 408,000/gram – harga belinya berada pada Rp 392,000/gram. Jadi dengan asumsi tingkat harga tetap, ketika Anda membeli harganya 5 x Rp  418,500 = Rp 2,092,500; Anda menjualnya 5 x Rp 392,000 = Rp 1,960,000 atau ada loss sekitar 6.3% sebagai dampak selisih harga jual-harga beli dan tidak diakuinya biaya cetak ketika Anda menjual balik. Bandingkan ini dengan harga jual – beli Dinar yang mengakui ongkos cetak baik ketika menjual maupun membeli, ditambah system jual beli antar pengguna yang kami fasilitasi yang memungkinkan transaction loss hanya 1%-2% – maka insyaAllah secara keseluruhan Dinar ini akan tetap menarik dan memiliki nilai jual yang tinggi.
 
Semoga Allah meridloi upaya ini dan memudahkan kita pada amal shaleh yang diridloiNya pula...Amin.