Contact

Rizky maulana / Sofi Pujiastuti

telp 08112240196 / 081320140019

email Rizfajzan @ gmail

twitter follow@AlfabbyRizky

Pasar Soreang Blok I & II E ( Hj Wewen ) Soreang Bandung

No Rek 13000 - 1122 - 4030 Bank mandiri Cab Soreang - Bandung

Hari kerja Senin - Jum'at ( kecuali hari Libur Nasional)

Jam kerja 08.00 - 16.00 WIB

Rabu, 19 September 2012

Ingin Lebih Cerdas Dari Warren Buffett…?

Ingin Lebih Cerdas Dari Warren Buffett…?

Warren Buffett adalah orang terkaya no 3 di dunia (pernah no 1 tahun 2008), kekayaannya saat ini diperkirakan mencapai sekitar US$ 47 Milyar atau sekitar 446 trilyun – lebih dari 1/3 dari APBN Indonesia tahun 2012. Bagi dunia investasi barat  dia dianggap ‘dewa’-nya investasi dan namanya menjadi judul sejumlah buku. Tetapi apakah Warren Buffett memang begitu hebat dalam investasi ini ?, ternyata tidak ! dengan diamnya emas saja dia kalah telak dalam lebih dari 5 tahun terakhir.

Grafik dibawah memberikan ilustrasi kenaikan nilai perusahaan investasinya Warren Buffett yaitu Berkshire Hathaway dibandingkan dengan kinerja kenaikan harga emas sejak tahun 2000 sampai sekarang (2012). Bisa kita lihat siapa yang lebih cerdas dalam menaikkan nilai ini.


Ilustrasi ini bukan untuk men-discourage Anda dari dunia investasi pasar modal dan sejenisnya. Tetapi untuk membuka mata lebar-lebar pada suatu kenyataan bahwa – orang sepintar Warren Buffett-pun ternyata tertipu dengan kenaikan nilai semu dari asset-nya. Dia mengira nilai assetnya tumbuh dengan baik, namun bila digunakan standar nilai emas – assetnya terus menerus turun nilainya selama lima tahun terakhir ini.

Lantas apa yang menjadi penyebabnya ?, penurunan nilai uang kertas US$ lima tahun terakhir ini begitu tingginya sehingga orang yang sudah bekerja begitu keras dan konon juga begitu cerdas sekaliber Warren Buffett-pun, akhirnya harus mengakui bahwa assetnya adalah masuk kategori wealth reducing asset – asset yang menurunkan tingkat kemakmuran pemiliknya – bila standar nilai emas yang digunakan.

Penurunan daya beli uang kertas yang begitu drastis antara lain dipicu oleh serangkain Quantitative Easing (QE) di Amerika, mulai dari QE 1, QE 2 dan QE –Infinity yang diumumkan pekan lalu. Warren Buffett nampaknya perlu kerja lebih keras dan lebih cerdas lagi untuk sekedar mampu mempertahankan kekayaannya yang sekarang – bila ingin mengejar standar nilai emas yang sama.

Lantas bagaimana kita bisa lebih pintar dari Warren Buffett dalam situasi seperti sekarang ini ?, kita punya contoh konglomerat yang lebih cerdas pada zamannya yaitu Abdurrahman bin Auf. Dengan apa dia membangun kekayaannya ?, dengan putaran barang dagangan – yaitu menggerakkan sektor riil dan mempertahankan nilai dengan emas dan perak.

Tercatat dalam sejarah, warisan Andurrahman bin Auf ketika meninggal dunia adalah 80,000 Dinar per-orang istrinya, padahal dia meninggal dengan empat orang istri dan memiliki anak. Artinya 80,000 Dinar tersebut hanyalah 1/32 dari warisan tunainya. Lebih dari itu semua, dia adalah salah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga.

Apa yang dilakukan Abdurrahman bin Auf tetap relevan bila dilakukan hingga kini. Kemakmuran yang sesungguhnya itu dibangun dengan kerja keras di sektor riil dan perdagangan – kemudian mempertahankan nilainya-pun dalam bentuk benda riil seperti emas, perak , barang dagangan dlsb.

Lho tetapi kenyataannya toh Warren Buffett tetap jauh lebih kaya dari kita-kita saat ini ?, Itu betul.  Dia telah menggeluti dunia investasi yang dia lakukan sekarang sejak tahun 1962 atau 50 tahun lalu, ketika dia berusia 22 tahun. Di tahun-tahun ketika devaluasi nilai Dollar tidak significant, dia memang berhasil meningkatkan kekayaannya – tetapi ketika devaluasi itu begitu tinggi seperti lima tahun terakhir – hasil kerja keras orang seperti dia bisa tersapu habis oleh penurunan daya beli uang itu.

Anda bisa lebih kaya dari dia bila memiliki kesempatan untuk investasi lebih panjang dan mampu memproteksi nilai dari investasi Anda.

Apakah harga emas sekarang begitu tingginya sehingga kerja keras Warren Buffet-pun kalah telak dengannya ?, apakah bukan karena telah terjadi bubble di harga emas sehingga harga emas itu bisa anjlok kapan saja ?.

Harga emas memang pernah bubble dari tahun 1970-an sampai awal 80-an; ketika dunia beberapa tahun shock dengan kejutan presiden Nixon Agustus 1971 ketika dia melepas kaitan antara US$ dengan emas. Di pasar Modal, sering pula terjadi bubble seperti yang terjadi di NASDAQ 1990-2009. Salah satu gejala bubble itu adalah ketika harga naik begitu cepat, tanpa didukung oleh alasan yang bersifat fundamental – maka yang sebaliknya akan terjadi, kejatuhan yang cepat pula.

Bila kita plotkan bubble emas 1971-1982, NASDAQ tahun 1990-2009 dan harga emas 2001-2010, kita akan melihat bahwa kenaikan harga emas yang 10 tahun terakhir ini beda sekali dengan dua contoh peristiwa bubble tersebut. Kenaikan harga emas 10 tahun terakhir sebenarnya landai-landai saja, tidak ada penggelembungan yang mendadak. Penyebabnya-pun jelas terukur, yaitu uang kertas yang memang sengaja diturunkan nilainya secara terus menerus menuju infinity-low oleh para pemegang otorisasi uang kertas itu !



Maka jangan tertipu filosofi investasi ala Warren Buffett, Anda bisa lebih cerdas dari dia dengan menggunakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya sebagai panutan dan contoh yang sempurna. Tidak mengapa kaya, asal tetap bisa masuk surga ! Amin.

Persiapan Uang Emas Versi China, dan Kita ?

Persiapan Uang Emas Versi China, dan Kita ?

Sebagai negara yang memegang surat hutang Amerika terbesar sekitar US$ 1.1 trilyun, China mungkin tidak menghendaki US Dollar jatuh karena mereka yang akan ikut menjadi korban terbesarnya. Tetapi sebagai negara besar nan tangguh, mungkinkah China tinggal diam dan tidak berbuat sesuatu ?. Nampaknya ini yang sedang terjadi, mereka sedang ancang-ancang untuk menghadapi situasi terburuk ini.

Bila US Dollar tidak lagi mampu bertahan sebagai global reserve currency, bisa jadi China akan menjadi negara yang paling siap dengan situasi terburuk yang mungkin terjadi. Bukan hanya karena size ekonominya yang memang terbesar, tetapi juga karena persiapan-persiapan yang mereka lakukan.

Akhir-akhir ini di pasar emas global beredar kabar bahwa China sedang me- recasting  (mencetak ulang) emas-emas yang dimilikinya dari ukuran standar 400 troy ounces ( sekitar 12.44 kg) menjadi standard 1 kg. Untuk apa diperkecil ukurannya ?, yang jelas dengan ukuran lebih kecil emas lebih mudah beredar sebagai ‘uang’ dan lebih mudah berpindah tangan. Bisa jadi ini langkah awal mereka untuk menjadikan emasnya sebagai ‘uang’ yang sesungguhnya.

Sejalan dengan kabar yang ini, konon China juga telah bersepakat dengan sejumlah negara seperti Russia, Jepang, Chile, Brazil, India dan Iran untuk apa yang mereka sebut new gold-backed global currency. Sejumlah negara lain juga dikabarkan akan segera menyusul.

Karena sebagian besar negara yang bersepakat tersebut (China, Russia, Jepang dan India) merupakan negara-negara yang berada pada top 10 dalam cadangan emasnya, maka upaya yang mereka lakukan bersama ini  memang bisa jadi akan membentuk system keuangan global baru yang akan menggantikan system yang sekarang ada yang sedang berada diambang kehancurannya.

Lantas dimana posisi negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim – yang dalam pelaksanaan beberapa syariat agamanya memerlukan uang emas ?, nampaknya justru negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim yang paling tidak siap dalam menggunakan kembali uang emas atau uang ber-back up emas.

Saudi Arabia hanya berada di rutan 16 dunia dengan  cadangan 322 ton emas,  Turkey di urutan 22 dengan 179, Lybia di urutan 25 dengan 144 ton, Kuwait, Mesir, Kazakstan dan Indonesia berada di urutan berturut-turut 36, 37, 38 dan 39 dengan jumlah emas yang mirip satu sama lain di kisaran 70 -80 ton saja.

Sejumlah negara yang dikomandoi China tersebut bisa saja akan gagal dalam mengimplementasikan  ide uang berbasis emasnya, sebagaimana kegagalan Bretton Woods yang dicobakan di pertengahan abad lalu namun hanya bertahan kurang dari tiga dasawarsa. Namun setidaknya ada upaya mereka kearah sana dan mereka memang bersiap-siap dengan cadangan emas yang semakin besar.

Sebaliknya negara-negara yang berpenduduk muslim mayoritas seperti kita, kita memiliki sejarah yang sangat panjang dalam menggunakan system keuangan berbasis emas dan perak – 14 abad lamanya kita gunakan dari abad pertama hijriyah sampai abad lalu, tetapi sayangnya kini tidak nampak sedikit-pun upaya untuk kembali ke arah sana.

Bahkan ketika China dan kelompoknya bebas berfikir dan secara sungguh-sungguh mempersiapkan system keuangan alternatifnya yang berbasis emas, negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam malah nampak minder bahkan untuk sekedar mengembangkan ide alternatif ini.

Maka ketika mereka menghancurkan rumah-rumah (system keuangan) mereka dengan tangan-tangan mereka sendiri, tangan-tangan mukminin ini nampaknya belum akan siap untuk menggantikannya. Tetapi Allah Maha Kuasa, dengan kuasaNya pula siapa tahu dalam waktu yang sangat cepat para petinggi dan pemegang otoritas di negeri-negeri muslim bisa sadar akan situasi yang dihadapinya dan berbuat sesuatu secara serentak bareng.

Semoga masih ada peluang bagi kita untuk menjadi orang-orang yang mengambil pelajaran dan orang-orang yang mempunyai pandangan – seperti yang dimaksud dalam ayat berikut :

“…Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.” (QS 59 :2)

Amin.

Inflasi, Harga Emas, Rule 72 dan Statistik Para Istri…

Inflasi, Harga Emas, Rule 72 dan Statistik Para Istri…

Sejak ber abad-abad silam orang sudah biasa menghitung kenaikan harga barang-barang dengan cara yang disederhanakan atau apa yang disebut Rule 72. Bila angka 72 ini dibagi dengan kenaikan harga barang rata-rata per tahun, akan ketemu angka berapa tahun harga barang tersebut akan berlipat 2 kalinya. Ilmuwan kemudian menghitung dengan formula yang njlimet, ketemulah angka yang tidak jauh beda – yaitu ada yang ketemu angka 69, 69.3 atau 70.

Sebaliknya juga dengan mengetahui harga barang berlipat dua pada tahun ke sekian, kita bisa menduga rata-rata berapa kenaikan harga (inflasi) barang tersebut pertahunnya. Tidak sangat akurat memang, tetapi bisa menjadi cara mudah kita untuk menentukan sikap terhadap investasi, perencanaan keuangan keluarga , pengamanan hasil jerih payah dlsb.

Dengan menggunakan Rule 72 (atau angka 69 atau 70 yang Anda pilih), kita lebih mudah memahami apakah angka-angka inflasi yang disajikan oleh sumber resmi pemerintah make sense dengan realita yang kita hadapi atau tidak. Pemerintah di seluruh dunia punya kepentingan dengan statistik yang bisa jadi berbeda dengan kepentingan masyarakat, oleh karenanya bahkan di Amerika ada statistik bayangan yang dikeluarkan oleh Shadow Government Statistic.

Kita tidak perlu pusing-pusing membuat statistik bayangan, kita bisa gunakan kenaikan harga emas sebagai pembanding – kemudian cek dengan realita di pasar – mana yang lebih mendekati kenyataan.

Saya gunakan data BPS per Desember mulai dari tahun 2007-2011 untuk pembanding. Lihat hasilnya seperti pada table dibawah.


Dengan rata-rata inflasi umum yang disajikan pemerintah di sekitar angka 6.24 %, maka seharusnya dengan Rule 72 – kenaikan umum harga barang menjadi dua kalinya menjelang tahun ke 12. Atau dengan kenaikan harga bahan pangan yang menurut data inflasi di kisaran 8.90% per tahun, seharusnya hanya akan menjadi dua kali lipatnya pada tahun ke 8. Make sense - kah angka-angka ini ?

Istri Anda mungkin bisa menjawab dengan lebih akurat karena dia yang rajin ke pasar untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari. Coba cek dengan dia dengan dialog yang kurang lebih begini “ ma, uang belanja mama akan papa naikkan menjadi 2 kalinya dalam 8 tahun mendatang – karena menurut data inflasi harga bahan pangan baru akan naik menjadi 2 kali dari sekarang dalam 8 tahun yang akan datang ?”. Cek respon-nya, kemungkinan besarnya serta merta dia akan siap mengeluarkan angka inflasinya sendiri – dan saya yakin angka dia yang lebih mendekati realita.

Angka yang dikeluarkan istri Anda tersebut kemungkinan besarnya akan lebih dekat dengan angka pembanding berupa kenaikan harga  emas rata-rata di tabel tersebut di atas. Harga barang-barang akan naik menjadi dua kalinya dalam tempo sekitar 3 tahun ( atau 4 tahun berdasarkan statistik kita yang lebih panjang).

Mengapa dalam jangka panjang harga emas lebih akurat untuk mendeteksi inflasi yang sesungguhnya di masyarakat ?, karena harga emas dibentuk dengan kekuatan pasar dan dia beriringan dengan harga komoditi lain yang merupakan kebutuhan dasar manusia sejak jaman purba hingga jaman modern ini.

Rule (of thumb) 72 ini akan memudahkan Anda untuk membuat perencanaan keuangan Anda secara sederhana. Misalnya Anda akan pensiun dalam 4 tahun yang akan datang, Anda bisa menghitung kira-kira berapa kebutuhan biaya hidup Anda saat itu.

Anda mau memasukkan anak sekolah 6 tahun yang akan datang, berapa kira-kira yang Anda butuhkan untuk anak Anda saat itu. Menurut data BPS tersebut diatas sebenarnya Anda nggak perlu cemas karena biaya sekolah hanya akan menjadi dua kalinya dalam 18 tahun yang akan datang.

Tapi untuk amannya saya sarankan Anda menggunakan data pembanding saya berupa kenaikan harga emas rata-rata, Anda setidaknya perlu mempersiapkan anggaran yang 4 kali dari sekarang bila Anak Anda akan masuk sekolah 6 tahun yang akan datang. Jadi kalau masuk SMP unggulan saat ini perlu Rp 25 juta, maka untuk anak Anda yang kini baru kelas 1 SD kira-kira akan perlu Rp 100 juta pada saat dia masuk SMP nanti.

Lagi-lagi angka saya mungkin juga tidak akurat, tapi bisa Anda cek dengan istri Anda – mana angka-angka inflasi tersebut yang lebih make sense – untuk keperluan perencanaan keuangan Anda. Wa Allahu A’lam.

Harga Emas : Waktunya Untuk Berselancar …?

Harga Emas : Waktunya Untuk Berselancar …?

Bila mengikuti trend di data yang kami kumpulkan sejak lebih dari empat tahun lalu, bisa jadi hari-hari kedepan adalah waktunya untuk harga emas kembali bergejolak setelah ber-hibernate  selama setahun terakhir. Hal yang sama terjadi awal 2010, setelah harga emas ber-hibernate sejak awal 2009. Pemicu utamanya-pun sama yaitu Quantitative Easing yang dilakukan oleh the Fed-nya Amerika.


Meskipun belum dipastikan jumlah dan waktunya, Quantitative Easing (QE) tahap III sudah diindikasikan oleh chairman-nya the Fed akhir pekan lalu. Dua QE terdahulu yaitu tahun 2008 dan 2010 memang terbukti sangat efektif mendongkrak harga emas dunia untuk melejit ke tingkat harga sekarang yang sudah lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan masa-masa sebelum dunia mengenal QE.

Hanya saja ada satu faktor lagi yang dominan yang bisa mempengaruhi harga emas dunia yang kini ada – yang tidak ada pada tahun 2008 atau 2010, yaitu faktor krisis Eropa. Krisis Eropa yang meluas sejak setahun terakhir telah ‘menyamarkan’ permasalahan yang dihadapi di Amerika.

Kinerja ekonomi Amerika yang belum juga berkilau meskipun sudah dua kali dipacu dengan QE I dan QE II, tersembunyikan oleh menguatnya Dollar yang diburu orang yang meninggalkan Euro karena kekawatiran akan krisis yang melanda di wilayah itu.

Pekan ini European Central Bank (ECB) akan mengumumkan langkah-langkahnya untuk penyelamatan krisis di kawasan itu. Bila pasar merasa comfortable dengan upaya yang akan dilakukannya, maka Euro akan kembali menguat – Dollar akan nampak wajah aslinya dan emas akan mendapat satu lagi daya dorong untuk naik ke atas.

Sebaliknya, bila pasar tidak merasa langkah yang ditempuh ECB akan efektif – Euro akan tetap lemah dan orang akan tetap berburu Dollar. Dollar akan tetap relatif perkasa dibandingkan pesaing-pesaingnya, dampak dari QE III untuk sementara mungkin akan teredam dan harga emas bisa ber-hibernate dalam waktu yang lebih panjang.

Either way berspekulasi dengan fluktuasi harga emas dalam jangka pendek tetap tidak kita anjurkan, tetapi memproteksi hasil jerih payah Anda dari penurunan nilai yang tidak terhindarkan ketika mata uang dunia menyusut terus daya belinya – memang sebaiknya dilakukan dengan fokus jangka panjang. Wa Allahu A’lam.