Contact

Rizky maulana / Sofi Pujiastuti

telp 08112240196 / 081320140019

email Rizfajzan @ gmail

twitter follow@AlfabbyRizky

Pasar Soreang Blok I & II E ( Hj Wewen ) Soreang Bandung

No Rek 13000 - 1122 - 4030 Bank mandiri Cab Soreang - Bandung

Hari kerja Senin - Jum'at ( kecuali hari Libur Nasional)

Jam kerja 08.00 - 16.00 WIB

Selasa, 27 November 2012

The Preppers…


The Preppers…

Ada sekelompok masyarakat di Amerika Serikat yang meyakini bahwa ‘kiamat’ (dalam persepsi mereka) akan segera terjadi. Mereka melakukan segala macam persiapan dari mulai makanan kaleng sampai bunker bawah tanah. Bahkan kini mulai banyak situs-situs internet yang memunculkan berbagai produk untuk menyongsong hari ‘kiamat’ ini.  Kelompok masyarakat yang mempersiapkan diri menghadapi hari ‘kiamat’ ini menyebut dirinya The Preppers.

Yang menarik adalah penyebab ‘kiamat’ yang mereka antisipasi untuk menghadapinya itu. Dari sejumlah penyebab seperti perang nuklir, aksi terrorism, krisis minyak sampai jatuhnya nilai Dollar Amerika – penyebab terakhir ini yang sangat banyak diyakini akan menjadi ‘kiamat’ di Amerika yang paling dekat.

Mengapa mereka meyakini bahwa Dollar Amerika akan mudah sekali jatuh dan bisa terjadi kapan saja ? Mereka punya alasan antara lain karena Amerika berhutang begitu besar ke dua negara ‘ musuh bebuyutan’-nya yaitu China dan Jepang.

Secara historis Amerika yang berideologi kapitalis berseberangan dengan ideologi China yang komunis, perang ideologi itu kini terwujudkan dalam perang dagang antara keduanya dan perang mata uang. Cilakanya China memegang kartu truf Amerika yaitu berupa hutang Amerika yang mencapai US$ 1.15 trilyun terhadap China. Di mata para preppers , begitu China menarik piutangnya ini kapan saja – akan langsung terjadi ‘kiamat’ di Amerika.

Bila China tidak melakukannya, ancaman kedua bisa datang dari Jepang yang pernah diluluh lantakkan Amerika pada Perang Dunia ke II, saat itu kaisar Jepang dihinakan untuk bertekuk lutut dihadapan jendral perang Amerika. Negeri Jepang itu kini juga memegang kartu truf Amerika, Jepang merupakan kreditor kedua terbesar Amerika dengan nilai pinjaman mencapai US$ 1.12 trilyun. Sama dengan China, Jepang juga mampu membuat ‘kiamat’ di Amerika bila Jepang menarik pelatuk piutangnya kapan saja.

Sama dengan the Preppers, kita umat Islam juga meyakini bahwa kiamat yang sesungguhnya bisa terjadi kapan saja. Hanya banyak sekali perbedaan mendasar antara The Preppers dengan kita.

Bila para preppers di Amerika bersusah payah menyusun Handbook for the Preparedness-nya mereka sendiri yang bolong disana-sini, kita beruntung sudah disiapkan dua pegangan yang akan menyiapkan kita menghadapi hari akhir itu.  Karena yang membuat adalah Yang Maha Tahu langsung (Al-Qur’an) atau melalui wahyuNya yang kemudian diucapkan atau dilaksanakan oleh RasulNya (Sunnah), maka pegangan kita tersebut menjadi sempurna tanpa cela.

Perbedaan lain adalah ketika para preppers melakukan persiapannya dengan penuh kepanikan – karena mereka akan menghadapi sesuatu yang amat sangat buruk, kita umat ini menghadapinya dengan rasa optimis.

Bagaimana umat Islam di jaman ini bisa dengan optimis menghadapi scenario hari akhir itu ?  karena antara lain adalah dunia belum akan kiamat sebelum bumi ini bisa kita subur makmurkan sekali lagi .

"Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi dia idak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim).

Bahkan ketika rangkaian peristiwa kiamat sudah mulai dan di tangan kita masih memegang benih pohon, kitapun masih diperintahkan untuk menanamnya.

Perbedaan yang lain adalah  The Preppers menyiapkan dirinya untuk sendirian siap menghadapi ‘kiamat’ yang mereka takutkan, bahkan di tayangan National Geographic beberapa hari lalu saya menyaksikan bagaimana mereka bersiap dengan segala macam senjata – untuk memproteksi diri dari jarahan orang lain yang tidak siap.

Sebaliknya kita, persiapan menghadapi kiamat yang sesungguhnya itu justru memperbanyak amal kebajikan yang manfaatnya bisa dinikmati oleh orang lain. Kita berusaha keras untuk menjadi pasukan Allah yang menyuburkan kembali bumi, menanam pohon – tanpa harus berfikir siapa nanti yang menikmatinya.

Dari perbedaan sikap dalam menghadapi krisis yang sangat besar seperti ‘kiamat’ ini saja, sebenarnya dunia sudah bisa memilih – siapa yang pantas menjadi pemimpin dunia itu ! mereka yang kapitalis individualistis – yang hanya memikirikan dirinya sendiri atau kelompoknya, atau umat yang rahmatan lil alamain – yang berjuang keras memakmurkan bumi untuk mempertahankan kehidupan bagi seluruh penghuninya, tanpa melihat batasan negara, bangsa dan bahkan agama. InsyaAllah.

Bukti Bahwa Uang Kertas Itu Memiskinkan Dunia…


Bukti Bahwa Uang Kertas Itu Memiskinkan Dunia…

Konon ada kekuatan di dunia ini yang menghendaki mayoritas umat manusia itu harus miskin dan membiarkan segelintir orang saja yang bisa kaya, maka kekuatan itu telah berhasil mengimplementasikan strateginya dengan sangat baik dalam setengah abad terakhir. Strategi yang digunakan tersebut adalah – apa yang sangat digemari umumnya manusia, yaitu uang kertas ! berikut buktinya.

Untuk bisa memahami apakah manusia didunia tambah makmur atau tambah miskin, pertama kita harus menyepakati dahulu tolok ukurnya. Bila tolok ukurnya yang digunakan adalah uang kertas – yaitu yang digunakan di dunia saat ini, maka betul seolah telah terjadi lompatan kemakmuran di dunia.

GDP per capita masyarakat di dunia telah melonjak dari US$ 2,756 tahun 1950, menjadi US$ 11,071 tahun 2011 lalu. Ini rata-rata dunia, rata-rata Indonesia masih kurang dari 1/3 rata-rata dunia atau di kisaran US$ 3,250 tahun 2011. Fokus tulisan kali ini adalah masyarakat dunia karena untuk masyarakat Indonesia sudah saya buat tulisannya melalui tulisan tanggal 31/10/2012 dengan judul “Arti Kemamuran di System Dajjal”.

Masalahnya adalah ketika tahun 1950 rata-rata orang di dunia bisa membeli 581 ekor kambing dari pendapatan per tahunnya, kemudian tahun 2011 hanya mampu membeli kurang dari 1/10-nya yaitu hanya mampu membeli  52 ekor kambing dari pendapatan per tahunnya – apa bisa dikatakan mereka tambah makmur ? tentu tidak, malah yang sebaliknya yang terjadi – rata-rata mereka bertambah miskin !.

Penglihatan itu semakin jelas manakala kita sandingkan antara kacamata Dollar dengan kacamata Dinar – saya gunakan Dinar karena harga emas datanya tersedia selama dua abad terakhir, sedangkan harga kambing kurang lebih mengikuti harga emas ini selama lebih dari 1400-tahun.

Saya selalu ingin menyandingkan Dinar dengan kambing ini, supaya orang tidak berargumen bahwa telah terjadi bubble yang tidak wajar di harga emas. 1 Dinar tetap hanya cukup untuk membeli seekor kambing besar, tidak cukup untuk membeli sapi atau unta. Dia juga tidak turun sehingga hanya cukup untuk membeli sate, membeli ayam atau telur – sebagaimana yang terjadi pada uang kertas.

Sekarang perhatikan pada grafik disamping yang menggambarkan bagaimana kinerja pendapatan penduduk dunia sejak tahun 1950. Saya tarik ke tahun 1950 supaya Anda bisa melihat – bahwa pasca Perang Dunia II sampai tahun 1970 memang terjadi peningkatan kemakmuran di dunia – baik dari kacamata Dollar maupun kacamata Dinar.

Tetapi mulai tahun 1971 ketika Amerika mulai mengingkari perjanjian yang dipimpinnya sendiri – perjanjian Breton Woods , dimana semua uang yang kertas seharusnya dikaitkan dengan emas tetapi mulai tahun 1971 uang kertas tidak lagi dikaitkan dengan emas – maka sejak saat itu pulalah kacamata dunia menjadi bias manakala melihat kemakmuran.

Dan siapa yang sengaja membiaskan penglihatan manusia di dunia ini ? bersyukurlah kita semua yang mendapatkan petunjuk langsung dari uswatun hasanah kita Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melalui sabdanya :Maukah aku beritahukan kepada kalian suatu hal mengenai dajjal ? suatu yang belum pernah dikabarkan oleh seorang nabipun kepada kaumnya : Sesungguhnya dajjal itu buta sebelah matanya, ia datang dengan sesuatu seperti surga dan neraka. Yang dikatakannya surga berarti itu adalah neraka. Dan sungguh aku memperingatkannya atas kalian sebagaimana Nabi Nuh mengingatkannya atas kaumnya” (HR. Muslim)

Dan siapakah dajjal itu ?, dijawab pula melalui hadits beliau lainnya : “…bahwa ia (dajjal) itu adalah Yahudi…” (HR Muslim).

Dunia yang mengira bahwa selama ini telah teradi pertumbuhan ekonomi – karena diukur dalam US$, ternyata tidak mampu meningkatkan kemakmuran penduduknya kecuali terhadap sedikit orang yang memang dimungkinkan dalam system yang mereka buat.

Bila grafik sebelumnya memperlihatkan pendapatan per capita penduduknya, grafik disamping memperlihatkan Gross World Product yang mencerminkan tingkat pertumbuhan ekonomi dunia, dunia mengira tumbuh padahal susut – lha memang itulah yang dikehendaki dajjal !.

Belajar dari sudut pandang ini, maka dibidang apapun, bukan hanya dari urusan ekonomi, tetapi juga dalam urusan pendidikan, budaya, politik, system hidup, peradaban dst – umat ini memang harus mengembangkan tolok ukurnya sendiri. Jangan terkecoh tolok ukur dajjal yang seolah mengajak penduduk dunia ke surga kemakmuran padalah sesungguhnya mereka telah menjerumuskan penduduk dunia ke neraka kemiskinan.

Kita diajari untuk berlindung dari dajjal, maka selain menghafal sepuluh ayat pertama surat Al-Kahfi – kita juga harus bisa memahaminya dan mengimplementasikannya dalam bentuk perlindungan dari segala system yang mereka paksakan di dunia ini. InsyaAllah kita bisa, insyaAllah !.

Basel Dan Emas…

Basel Dan Emas…

Pada musim dingin di awal tahun 1999 saya naik kereta sekitar satu jam perjalanan dari Zurich ke Basel, sebuah kota kecil yang dingin di Swiss. Meskipun dia adalah kota ke 3 terbesar di Swiss – jumlah penduduknya hanya kurang dari 170,000 orang – tidak lebih dari penduduk satu kecamatan dimana saya tinggal di Depok. Kota kecil yang dingin itu, bisa jadi akan memanaskan keuangan dunia awal tahun 2013 nanti. Apa yang terjadi di sana ?

Di kota kecil Basel ini ada sekelompak orang yang sangat exclusive, sangat rahasia dan sangat perkasa di dunia keuangan. Markas mereka konon di design memiliki perlindungan yang cukup menghadapi perang nuklir sekalipun. Mereka adalah bank sentral-nya bank sentral dunia. Apa yang mereka katakan menjadi kerangka kerjanya bank-bank sentral dunia.

Mereka sangat irit ‘bicara’ , mereka baru ‘bicara’ tiga kali sejak pembentukannya 38 tahun lalu (1974). Tahun 1988 mereka ‘bicara’ tentang Basel I, tahun 2004 mereka ‘bicara’ lagi tentang Basel II dan di tahun 2012 ini mereka ‘bicara’ tengantang Basel III. ‘Pembicaraan’ mereka yang irit inipun cukup membuat perbankan dunia gonjang-ganjing untuk menyesuaikan dengan ‘pembicaraan mereka’.

Karena saya bukan orang bank, saya tidak terlalu tertarik untuk mendalami apa yang mereka ‘bicarakan’ kecuali terhadap satu hal yaitu emas. Pada Basel I dan Basel II mereka sengaja mendiskreditkan emas sebagai asset tingkat III – bukan asset yang sesungguhnya. Kalau dijadikan cadangan hanya dinilai separuh dari harga pasarnya. Saat itu yang dianggap asset tingkat I  atau uang yang sesungguhnya adalah government bond, mortgage backed securities,  cash dan sejenisnya.

Tetapi banyak sekali hal terjadi dalam beberapa tahun terkhir, asset yang semula mereka anggap tingkat I seperti mortgage  - kini banyak yang malah menjadi asset yang sangat beracun (toxic assets). Bahkan banyak pula government bond di negara-negara Eropa yang hancur mendekati nilai sampah (junk). Lantas kemana mereka akan berpaling ?

Kemana lagi kalau bukan emas ?, asset yang mereka coba discredit-kan selama hampir empat dasawarsa terakhir ini ternyata malah berhasil membuktikan dirinya sebagai asset yang tetap perkasa di segala cuaca, mampu melalui krisis demi krisis tanpa kehilangan nilainya yang sesungguhnya.

Maka mereka-pun harus mengakui keperkasaan emas ini dalam pembicaraan mereka terakhir yang disebut Basel III. Basel III yang rencananya mulai diimplementasikan awal 2013 nanti, menempatkan emas pada posisi yang seharusnya yaitu asset tingkat I.

Dengan pengakuan ini, maka sebenarnya secara diam-diam emas telah kembali ke system keuangan dunia, emas menjadi asset yang sesungguhnya dan dapat digunakan sebagai cadangan dengan 100 % nilai pasar.

Apa ini dampaknya ?, bayangkan bila bank-bank sentral dunia mulai berburu emas kembali karena pilihan cadangan mereka yang kini head to head antara bond, mortgage, emas dlsb. Ketika emas dilihat sebagaimana seharusnya, bersaing secara bebas dengan asset-asset yang lainnya – maka dengan mudah emas ini akan menjadi asset yang setidaknya pasti tidak kalah menarik dibandingkan dengan berbagai asset lainnya seperti bond, mortgage dan bahkan dibandingkan dengan cash sekalipun.

Dibuka dengan ‘pembicaraan’ di Basel III ini, dunia toh akhirnya akan mengakui kembali bahwa emas itulah uang yang sesungguhnya. Uang yang mampu mempertahankan nilai ketika yang lain menjadi racun (toxic assets) atau menjadi sampah (junk). Uang yang tahan segala cuaca !.

Maka dari kota kecil yang dingin, sekelompok orang-orang yang dingin dan irit bicara tersebut di atas dengan suka ataupun tidak suka harus mengakui bahwa akses masyarakat pada nilai assets yang sesungguhnya itu tidak bisa mereka setir.  Pengakuan mereka  ini-pun bisa jadi akan ‘memanaskan’ system keuangan dunia dan bisa menjadi pemicu bull market berikutnya untuk kenaikan harga emas di tahun-tahun mendatang. Wa Allahu A’lam.